Minggu, 17 April 2011

PERJALANAN IX : SOEKOEN

Pembangunan daerah Soekoen dan sekitarnya merupakan hasil Keputusan dari Gemeenteraat pada tanggal 26 Agustus 1919 dan 26 April 1920, yang tertuang dalam Bouwplan III. Perluasan kota ke arah Tenggara tersebut adalah guna memenuhi kebutuhan akan area Pemakaman bagi Orang Belanda dan Kristen (Christen Begraafplaats) yang tinggal di Malang. Kompleks Pemakaman Soekoen masih tetap digunakan hingga saat ini. Banyak kisah sejarah terkubur didalamnya, salah satunya adalah keberadaan Kompleks pemakaman khusus bagi para pemuka Agama Roem Katholiek. Pendiri Lavallete Kliniek, Herr Lavallete juga dimakamkan disana.

Seiring dengan pembukaan lahan baru di daerah Soekoen, semakin banyak pula bangunan lain yang didirikan didaerah tersebut beberapa diantaranya yang masih dapat kita saksikan hingga saat ini adalah Rumah Sakit Tentara Tk.II Dr. Soepraoen. Adapun lahan yang kini menjadi lokasi rumah sakit tersebut dahulu merupakan lokasi dari Christen Zending Zeikenhuis. Sedangkan sesuai dengan BouwPlan I, yang menempatkan daerah sekitar Klojen dan alon—alon Bunder sebagai pusat militer dan pemerintahan, maka lokasi awal dari Rumah Sakit Tentara (Militair Hospitaal) terletak di lokasi yang ditempati oleh RSU Saiful Anwar saat ini. Seiring dengan perkembangan Jaman, maka lokasi tersebut ditukar.

Tak Jauh dari Lokasi RST, berdiri megah Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan dengan bangunan yang dikenal dengan Balai Wiyata. Perkembangan Jemaat Kristen Jawa Timur ini dimulai di dari sebuah desa kecil di selatan Jombang, yang dikenal dengan Mojowarno. Keberadaan Jemaat GKJW ini tak dapat dilepaskan dari perjuangan tokoh Paulus Tosari, yang memimpikan Gereja yang sesuai dengan Kultur dan Masyarakat Jawa Timur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar